Seperti di desa tua lainnya di Lebong, bentuk dan ornament yang ada di bangunan rumah-rumah penduduknya hampir sama.
Ornament yang terdapat pada rumah-rumah penduduk asli orang Rejang terdiri dari 2 (dua) kelompok. Jenis (kelompok) pertama merupakan bangunan rumah berornamen dan memiliki seni arsitektur bernilai tinggi yang sangat erat kaitannya dengan status social dan keberadaan pemiliknya.
Rumah rumah serupa juga bisa ditemukan di desa Kota Donok. Pada umumnya, rumah asli penduduk Rejang terbuat dari bahan kayu yang berkualitas tinggi. Rumah yang terbuat dari bahan kayu (papan) tersebut mampu bertahan hingga ratusan tahun dan sampai sekarang masih utuh. Rumah-rumah tua itu selalu dihiasi dengan ornament seni yang tinggi, meskipun terlihat sangat sederhana.
Misalnya di bagian risplang rumah. Selalu dihiasi dengan ukiran penuh dengan simbol-simbol flora seperti daun, bunga atau lainnya. Demikian pula di bagian dinding rumah—terutama di bagian depan selalu dihiasi dengan ukiran dari papan, yang kemudian ditempelkan dinding kayu (menyatu).
Ciri khas ornamen klasik dengan arsitektur bernilai seni tinggi pada rumah orang Rejang mengisyaratkan status sosial pemiliknya. Ciri khasnya adalah pemasangan papan pada dinding dilakukan secara berdiri, di bagian dinding depan rumah biasanya hanya ada dua jendela dan sebuah pintu berukuran besar. Rumah orang Rejang seperti itu, biasanya memiliki ruang tamu di bagian depan yang cukup besar (beranda) .
Di samping jendela di bagian depan. Masih ada dua jendela di sisi kiri dan kanan. Kecenderungan seperti itu hampir pada semua rumah asli orang Rejang. Pada ruang kedua, biasa merupakan ruangan keluarga yang berukuran separuh dari ruangan tamu yang ada di depannya. Di ruangan kedua itu, sebagian ruangnya digunakan untuk kamar tidur utama. Sementara dipan tempat tidur bagi yang mampu bisa saja diletakkan di salah satu sudut ruang tamu, ruang keluarga pertama dan ruang keluarga kedua.
Ciri khas lainnya rumah asli orang Rejang adalah bertingkat dan mempunyai karakter tinggi dengan tiang-tiangnya disertai bentuk rumahnya yang membujur (empat persegi panjang). Ada yang memanfaatkan tingkat bawah sebagai temat kumpul-kumpul keluarga sehari-hari dan ada yang tidak memanfaatkannya. Artinya dibiarkan kosong dan biasanya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk menyimpan bahan kayu bakar, kandang sapi, kandang ayam atau menyimpan bahan-bahan bangunan lainnya.
Rumah-rumah tua ini hampir semuanya dilengkapi kamar mandi di bagian belakang lengkap dengan pancurannya beserta tempat menyimpan berbagai alat-alat pertanian dan menggantung pakaian kerja. Karena, kalau diletakkan di ruang kamar mandi yang serbaguna itu, akan mudah untuk dicuci (dibersihkan).
Dulunya, rumah-rumah asli Rejang itu, walau papan lantainya sudah demikian mengkilat karena selalu di-pel, sebagian pemiliknya yang mampu akan menambahkan alas lantainya berupa paran (tikar anyaman dari rotan atau kulit bambu yang tua dan pilihan). Paran itu juga dianyam dengan tambahan ukiran sedemikian rupa.
Rumah-rumah itu memiliki plapon yang juga terbuat dari bahan kayu (papan) pilihan, sehingga di atasnya dimanfaatkan untuk tempat menjemur atau mengeringkan biji kopi. Menyimpan hasil perkebunan lainnya, seperti pisang, nangka dan buah-buahan lainnya.
Bangunan rumah asli orang Rejang memang sudah sedemikian maju dan itu menandakan pengetahuan orang Rejang terhadap design bangunan rumah sudah demikian tinggi. Karena, sebuah bangunan rumah mereka, sudah lengkap dengan ruang-ruangnya. Ruang tamu, ruang keluarga, ruang bermusyawarah, kamar tidur, kamar gudang (tempat beras dan lainnya), dapur, kamar mandi (ruang kamar mandi), ruang menyimpanan berbagai hasil pertanian dan sebagainya. Ruangan-ruangan ini dipisahkan oleh dinding papan yang dibuat sedemikian rupa.
Oleh karena itu, ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyebut ruang-ruang atau kamar di dalam struktur rumah asli Rejang. Misalnya :
- brendo (beranda, teras rumah),
- smigo (ruang utama yang letaknya paling depan sesudah bredo),
- bilik (kamar tidur),
- dopoa (dapur),
- palai (ruang di atas plapon rumah),
- ndea (tangga),
- kemdan (jendela)
- bang (pintu).
Untuk menyebut bilik (kamar tidur) biasanya ditambah dengan nama siapa yang sering tidur di kamar tersebut. Misalnya kamar tidur nenek maka disebut bilik sebei dan seterusnya. Dalam arsitektur orang Rejang sudah mengenal model-model daun jendela dan pintu. Untuk pintu utama, biasanya selain pintu lapisan pertama terbuat dari kayu. Kemudian pada lapisan kedua ada pintu yang terbuat dari kaca yang dibingkai dengan kayu. Sementara untuk pintu kedua (di dalam rumah) tidak demikian. Cukup dengan daun pintu terbuat dari papan.
Melihat seni arsitek ‘ukir’ pada dinding, pintu, jendela dan dinding-dinding ruang rumah orang Rejang kemungkinan dipengaruhi oleh seni kaligrafi dalam agama Islam dan aliran naturalisme. Sebab, melihat dari lika-liku ukiran, simbol yang dilukis dan rangkaian-rangkaian ukirannya, memang demikian.
(disadur dari http://rejang-lebong.blogspot.com/2008/12/arsitek-rumah-rumah-tua-orang-rejang.html)
wew!! PERTAMAX neehh..
ayoo yoo.. kapan2 dolan neng bengkulu..
hehehe:D
wew…… rumah yg indah… nicepost i like it….
mbak aq izin pasang link mu di blig ku ya…. dan jgn lupa gantian.. hihi…
weh, ada satu yang menarik minatku untu komen dari post ini, istilah bilik untuk ruang tidur, perasaan, sama ma malaysia… kan?, jadi kalo tempat tidunya itik jadi ‘bilikitik’ dooongng… hue he he he he… (*kabuuuuurrrrr*)…takut soale ty suka mentuuuunngggg
wah sekarang pasti udah jadi miss Bengkulu..ato duta wisatanya?? prikitiw…
saya mengangeni bengkulu sangattttttt 😥
kliatane rumahe asik ya…
mampir …
tapi kok ora kon mlebu omah ki piye to???
asyik ya bengkulu???
aduuuuuh kapan saya ke bengkulu
sudah sangat lama saya pengen ke sana
habis bulan ini kah?
ataoww”””” habis selesai lebaran yang akan datang
mudah2 an Ja umur panjang
supaya terapai
doa in ya teman2 qu
(thanqs so mach)
aset seperti ini kayaknya harus dipertahankan dan diinformasikan pada yang lain
setuju ukhti?
harus d lestarikan tuch rumah2 spt itu 🙂
Saya pernah ke bengkulu beberapa kali tetapi belum pernah tembus ke Rejanglebong.
Rumah apik dan cantik sepeti ini perlu dijaga dan dirawat agar lestari.
sukses untuk anda.
salam
malam sahabat
pa cabar?
wah rumah di bengkulu yang asliseperti ini
sangat alami banget
salam hangat selalu
rumah yang unik dan sedikit aneh bagi yang tidak terbiasa
tapi kayaknya bagus tuh untuk menumpang gratis he2
tuh rumah2 kyak gtu masih bnyak ya disana? sya pling suka ma sesuatu yg da kaitanx dngn sejarah 🙂
Wai rmah rjang . . . Uku indeu ngen sadie cu’up . . .
Kunyau ba awak te na plabai luyen, tapi atei te masiak jang 4 petulai.
Kapan ambo pahi ka bengkulu….
Waaa..dpt info baru… D Bengkulu y… Aq catet dl,mbak..thanx yo…
coa ku setuju tun menea log tentang adat suksu rejang madeak tun ne iri dengki wehhh neak log oh ules ne pogoa kemidek jang
wow umeak keme baes nyen
tun jang mukhtar
mba, saya sangat berterimakasih sebelumnya menemukan blog mba, saya izin jadikan sumber ya mba, untuk tugas kuliah antropologi arsitekttur. terus semangat ya mba, melestarikan budaya bumi pertiwi 😀